Asal-Usul, 18 Januari 1998
Tenggelamnya Kapal TITANIC
TITANIC, kapal laut terbesar sepanjang masa, berlayar di tahun 1914.
Dinyatakan tidak bisa tenggelam. Menabrak gunung es, bocor sampai air
masuk, orang masih tenang. Kapal sudah mulai tenggelam, orang kaya masih
berdandan, mengurus uang dan berlian. Akhirnya, tragedi besar, tenggelam
total. Kapten kapal ikut tenggelam, karena kapten wajib mempertahankan
jabatan sampai mati. Untunglah pimpinan suatu organisasi tidak seperti
kapten kapal. Justru organisasi harus mengganti pemimpin kalau perlu. Kalau
tim sepakbola Italia gagal, Arrigo Sacchi digantilah yang jagoan. Malah
pelatih yang memenangkan Piala Dunia seperti Franz Beckenbauer satu saat
diganti orang yang lebih segar, lebih bersih dan lebih menimbulkan gairah.
Di Thailand dan Korea Selatan, mata uang Baht dan Won baru mulai menguat
setelah pemimpin mereka diganti.
Mengapa TITANIC bisa tenggelam? Pernah kita bahas disini, temuan Profesor
Robert Allinson spesialis bencana, bahwa penyebab bencana adalah kegagalan
etika. Meninggalkan etika dalam perbankan, berakibat likuidasi. Membiarkan
kekuasaan tanpa dialog, menghasilkan kehancuran. Kata Parakitri, sejarah
berulang. Untuk penguasa yang sangat kuat, musuh utama adalah
overconfidence. Itu terjadi pada cerita TITANIC, pada raja Louis XVI, pada
Shah Reza Pahlevi. Semua berpesta diatas kesengsaraan rakyat, karena
kesulitan rakyat tidak bunyi bagi mereka yang biasa berkantor digedung
mewah standard Menara Jamsostek.
Kesulitan rakyat sangat nyata, walaupun berbeda dari satu orang ke orang
lain. Apa artinya inflasi 20% di RAPBN versi baru? Statistik kapal TITANIC
tidak dimengerti oleh penumpang di kelas ekonomi. Begitu juga RAPBN tidak
banyak dimengerti oleh rakyat biasa. Tapi akibatnya bisa dirasakan
langsung. Kebanjiran rongga bawah TITANIC terasa oleh setiap penumpang.
Inflasi 20% akan terasa oleh setiap warga. Untuk orang sederhana, belanja
makin susah, tabungan habis. Angkatan kerja mendapat PHK, angkatan muda
makin susah dapat pekerjaan. Orang sederhana harus lebih kompetitif. Orang
kaya banyak yang bingung. Mereka sibuk menghitung nilai asset yang anjlok,
biaya hidup yang menaik tajam (bisa 300% untuk merk favorit mereka) dan
biaya sekolah anaknya di Inggris, dimana pizza di London harus dibeli
dengan uang 200.000 Rupiah. Orang menengah harus merubah pola hidup.
Onderdil mobil naik 100%, tinta computer naik dua setengah kali, biaya
pengobatan (kecuali biaya dokter) naik dua kali. Gaji swasta menjadi
seperti gaji pegawai negeri, kurang untuk kebutuhan sebulan, dan susah
untuk korupsi di perusahaan swasta, karena tidak menguasai dana negara..
Kita tidak akan tenggelam, selama pimpinan tidak overconfident. Kita sudah
rela menerima bantuan IMF dengan rencah hati, dengan janji untuk mencoba
sekali lagi menghilangkan tabiat ekonomi yang buruk. RAPBN baru disetujui
IMF dan dipuji oleh DPR, katanya 'realistis'. Sebetulnya RAPBN versi lama
juga dibilang 'realistis'. Ini membuat Rosita Noor bingung, pada suatu Talk
Show di televisi. Kok dua-duanya dianggap realistis, padahal satu sama lain
berbeda? Aneh tapi nyata, kata Rosita. DPR juga menyetujui dihentikannya
fasilitas Mobnas, tapi baru setelah IMF dan Presiden Soeharto
memutuskannya. Barangkali Michel Camdessus perlu jadi anggota DPR,
menggantikan anggota DPR yang sudah berganti fungsi jadi pengamat, memberi
komentar hanya setelah kejadian, bukan ikut menentukan jalannya
pemerintahan. Pembicara vokal sudah diganti vocal group yang mengiringi
penyanyi utama.
Waktu tenggelam TITANIC, orang panik dan rebutan sekoci. Sayang sekocinya
kurang banyak, jadi sebagian besar penumpang tenggelam, walaupun ada 500
yang selamat. Yang panik bukan dibantu, malah ditembak. Kasihan, bukan
mereka yang membuat kapal tenggelam, tapi mereka yang dimarahi Yang kaya
menipu sistem, sehingga ikut selamat. Mudah-mudahan tidak begitu ceritanya
di negara Pancasila. Kita akan selamat dari resesi nasional ini, dengan
semangat kerja dan semangat membantu. Mulai dengan menghentikan kecurigaan
pada rakyat dan mengundang kepercayaan pada pemimpin dengan bicara yang
benar, tidak menutupi kenyataan. Jiwa patriotik rakyat tidak perlu diuji,
karena yang bisa jual negara hanya pemimpin. Justru pejabat harus setia
pada rakyat, pengusaha harus setia pada pegawai. Tukar dollar beberapa ribu
bagus untuk menunjukkan solidaritas, tapi tidak lebih. Buktinya, Dollar
naik terus, karena pasar uang ada di seluruh dunia, dikuasai oleh orang
yang tidak nonton televisi Indonesia. Untuk menarik dukungan pasar, harus
ada jaminan bahwa kebiasaan lama betul-betul bisa dihilangkan. Perlu
perbaikan sistim, perbaikan budaya. Semua setuju ini, tapi tidak pernah
dimulai, karena perbaikan sistem harus dimulai dengan kepemimpinan yang
dipercaya. Susah memulai yang baru dengan orang yang punya sikap lama.
Sekarang keberanian kita memang sudah sangat maju dibandingkan tiga bulan
yang lalu. Banyak yang kritis, banyak yang aktif mencari calon pemimpin.
Kita hanya berharap, proses ini tidak mengorbankan orang yang tidak tahu
apa-apa. Ibu Kustini di kantor saya bertanya, "lalu?apa yang kita bisa
perbuat? Kan tidak banyak yang bisa dilakukan orang biasa" Sebetulnya, Ibu,
banyak yang bisa dikerjakan, yaitu menjaga sikap berpikir yang mandiri.
Kita mencoba mengembangkan hati yang murni dan akal yang sehat. Jangan
termakan issue, terutama jangan termakan issue bahwa rakyat itu tidak boleh
memilih pimpinannya sendiri. Kalau anda kenal anggota MPR, beritahukanlah
bahwa dia punya satu suara milik dia sendiri, karena anggota MPR tidak
punya bos kecuali hati nurani. Ada 1000 anggota MPR untuk mewakili 200 juta
rakyat. Kalau semua hanya melaksanakan instruksi pimpinan, maka cukup 5
anggota MPR, satu untuk tiap fraksi. Ajaklah anggota MPR mengikuti hati
nurani, dikala harus melakukan pilihan. Apakah ingin menyelamatkan kapal,
atau ikut menenggelamkan?
Kembangkanlah kejernihan berpikir dengan logika yang lurus. Yang menaikkan
harga bukan IMF, tapi manajemen ekonomi kita sendiri. Yang membuat kita
sulit adalah korupsi dalam negeri, bukan campur tangan luar negeri. Sonny
bertanya melalui e-mail, apakah kita dijajah orang asing yaitu IMF dan
Amerika Serikat? Wah, salah besar. IMF itu seperti dokter yang sabar, yang
masih mau datang lagi walaupun kita melanggar janji yang pertama untuk
melaksanakan reformasi ekonomi. Jangan membenci yang kita tidak kenal.
Teringat cerita yang melahirkan istilah psikologi bernama Stockholm
Syndrome. Konon katanya di Stockholm, terjadi perampokan bank yang
dilanjutkan dengan penyanderaan. Selama dua minggu lebih keadaan deadlock,
sampai akhirnya pasukan pembebasan menyerbu para perampok. Walaupun
akhirnya menang, yang mengherankan adalah bahwa diantara para sandera ada
yang justru membela penjahat yang menyandera mereka, dan melawan pasukan
pembebasan. Katanya, orang memilih berada bersama orang yang sudah lama
dekat, walaupun jahat, daripada percaya pada orang baru, walaupun membawa
kebebasan.
Kustini, anda tidak perlu melawan pemerintah, walaupun sering anda tidak
mengerti omongan mereka. Mereka sudah punya janji untuk memperbaiki nasib
ekonomi kita. Janji ini diawasi oleh banyak orang pandai di dalam dan luar
negeri. Kalaupun pemerintah bandel, kita tidak perlu menghukum mereka,
karena pasar akan memberikan penilaian berupa kenaikan harga dollar dan
penurunan indeks BEJ. Sudah bertahun-tahun rakyat menderita oleh kesalahan
penguasa, sekarang marilah kita meningkat kepada suatu Indonesia Baru
dengan harapan baru, sistem baru, orang-orang baru. Kapal TITANIC boleh
tenggelam, tapi kita memilih sekoci kecil untuk hidup lebih tenang dalam
suasana baru.
Wimar Witoelar, wimar@perspektif.net