Suluh Demokrasi

Reformasi politik dan ekonomi.

Kata2 ini banyak didengungkan sesudah negara ini dilanda krisis. Sejauh pengamatan saya negara yang dilanda krisis ini negara yang banyak mengimpor sesuatu dari negara lain dengan alasan tidak bisa membuat ataupun dengan alasan investasi dari sisi bisnis dan waktu.

Berikut pandangan saya,

Dengan mengimpor akan banyak menguras devisa, dan untuk mendapatkannya kembali kita harus menciptakan devisa itu. Menciptakan devisa salah satu caranya adalah dengan mengekspor sesuatu ke negara lain. Mengekspor sesuatu ke negara lain, diperlukan proses yang panjang. Misalnya saya kasih gambaran mengekspor lemper ke negara lain. Lemper dibuat dari beras ( padi ), untuk menanamnya diperlukan pupuk, untuk membuat pupuk diperlukan pabrik dan juga bahan baku. Nah kalo semua ini adalah impor dimana nilai tambahnya ? Kita mengekspor lemper tetapi juga masih mengimpor mesin2 untuk membuat pupuk ? Surplus devisanya sangat sedikit. Belum untuk nyogok di Bea Cukai dan lain-lain. Mau untung berapa?

Supaya surplus devisa cukup besar adalah dengan beberapa cara,
  1. Pakai bahan baku dari dalam negeri, termasuk mesin2nya juga.
  2. Buat system kontrol yang bagus dalam kepemerintahan.
  3. Quality Control.
Menggunakan bahan baku dari dalam negeri seperti beras rasanya cukup jelas. Menggunakan mesin buatan Indonesia apakah gampang ? Diperlukan banyak engineer untuk membuatnya dan untuk mempunyai kemampuan tersebut harus belajar giat. Diperlukan banyak engineer, sebagai contoh saya pernah melihat software namanya "IBES", singkatan dari, Integrated Business Enterprise System. Software tersebut menghandle MRP dari bahan baku hingga ke laporan keuangan. Untuk membuatnya di perlukan 900 an orang terdiri dari Software engineer, Acconting, marketing, orang2 pabrik. Itu hanya satu software belum untuk aplikasi yang lain masih ada lain lagi SAP. Dan aplikasi tersebut juga didesain dapat berjalan di benyak database seperti Oracle, Informix, Sybase, Progess dan masih banyak yg lainnya.

Sistem kontrol yang bagus bisa diterapkan dengan menggunakan personnel yang kompeten dan juga dukungan perangkat keras. Sebagai contoh di Bea Cukai kita terkenal dengan suap menyuapnya, dengan diterapkan sistem komputerisasi ( biasa disebut EDI ), ini akan mengurangi suap menyuap ini, berarti dukungan teknologi pun bisa membuat sistem menjadi effiesien.

Berbicara mengenai korupsi dan kolusi, saya ada hasil analisa dari beberapa tulisan yang saya baca. Pada saat negara ini baru dibangun, banyak penunjukkan orang tertentu untuk mencukupi kebutukan negara. Orang2 yang ditunjuk itu adalah yang saat ini menjadi konglomerat. Tapi penunjukkan itu juga harus dibayar mahal, mereka mempunyai kewajiban menyetor ke penguasa negara. Dan ini menjadi tidak efisien dari sisi bisnis, terlalu banyak dana taktis yang harus dikeluarkan. Karena sudah menjadi semacam kewajiban untuk menyetor, maka pebisnis yang baru mulai membuka bsinisnya dengan jalan lobbi, nyetor duluan untuk mendapat kan proyek. Kejadian ini sudah terjadi bertahun2, lama pebisnis berpikir "Gue yang kerja keras, elu yang enak tinggal ambil bagian, lebih besar lagi !" Disinilah terjadi pertentangan dua kekuatan anatara pebisnis ( swasta ) dan penguasa negara (pemerintah). Pertentangan ini makin meruncing, dimulai dari ketidak mauan konglomerat memberikan 2% saham untuk koperasi, Sofyan wanandi tidak mau menyumbang dollar. Disini lah terjadi pertentangan yang makin hebat, sehingga dicarilah akal supaya swasta bisa menjadi milik pemerintah. Hal yang paling gampang salah satunya adalah perbankan, karena pada prinsipnya bank2 di Indonesia relatif lebih tidak sehat jika dibandingkan dengan bank yang sejenis di negara2 luar.

Quality control,..dst

Dengan jaman yang semakin mengglobal, teknologi menjadi salah satu pilihan yang akan membuat sistem pemerintahan bersih. Pebisnis pun akan semakin mudah membudgetkan dananya dalam kegiatan bisnis tsb.

Disini anda mengajak untuk melakukan reformasi, saya setuju sekali. Tapi harus ada beberapa hal yang dipikirkan. Saya tidak meyangkal bahwa di negara ini masih ada kolusi dan korupsi, banyak pemimpin yang tidak benar walaupun tidak sedikit pemimpin yang jujur. Keinginan negara barat agar negara dunia ketiga tidak menjadi maju. Jangan2 kolusi dan korupsi itu justru didukung negara2 barat tersebut. Berikut pemikiran saya, Negara donor memberikan bantuan ke negara dunia ketiga, kemudian uangnya dikorupsi, ditaruh di luar negeri oleh pemimpin negara. Uang kembali, bisa disalurkan kenegara lain, dengan cara yang sama atau bisa juga dipakai untuk mendanai riset tertentu. Artinya dia mendapat modal segar dengan pengalokasian uang korupsi negara yang dibantu tsb.

Nah disini, kalo ada reformasi siapa dan apa yang akan direformasi ? Sebagai bahan pemikiram anda coba kembali sejarah betapa kita banyak diadu domba oleh Belanda dengan orang kita sendiri. Baca sejarah Untung Suropati, Amangkurat ..Juga baca tulisan saya dimilis, bahwa sejak hancurnya komunis, negara2 dunia ketiga lah yang akan menjadi musuh baru negara2 barat tsb.

Saya jadi ingat waktu dikampung saya masyarakat rame2 membangun mesjid. Yang kaya meyumbang uang, yang nggak punya uang nyumbang tenaga, yang bekerja jadi tukang bersedia bekerja tidak dibayar untuk beberapa hari. Yang tidak punya apa2 bisa dengan doa. Ternyata orang kampungpun mampu berpikir untuk berjuang dengan kemampuannya masing2.

Selamat mereformasi politik dan ekonomi!!

Salam
Ade

Mhs. Gunadarma, yang saat ini juga bekerja di bank.